Kenapa Tidak Biarkan Saja L*BT dan Pendukungnya Menang? (Bagian 2)

Sumber foto: https://claudia.abril.com.br/cultura/google-apresenta-colecao-sobre-a-historia-da-parada-lgbt-de-sao-paulo/

Apa dasar saya mengajak semua orang untuk membiarkan saja L*BT dan pendukungnya menang memperjuangkan misinya? Apakah saya masuk ke dalam kelompok yang mendukung perjuangan mereka dengan alasan HAM? Atau saya lelah melihat perdebatan yang tidak pernah berakhir dan melihat indikasi kemenangan akan berpihak kepada mereka? Atau saya sudah apatis dengan kondisi yang ada?

Misi menentang paham dan perbuatan L*BT ini dalam sejarah kehidupan manusia umurnya sudah ribuan tahun. Tercatat dalam beberapa surat dalam kitab suci ummat Islam Al Qur'an, kisah Nabi Luth dan kaumnya yang menentang L*BT antara lain:
  • Surat Al-A'raf (7): Ayat 80-84 menceritakan tentang Nabi Luth yang diutus Allah Swt untuk mengajak kaumnya beriman dan meninggalkan perbuatan keji, termasuk perbuatan L*BT.
  • Surat Hud (11): Ayat 78-82 menceritakan tentang azab yang Allah Swt timpakan kepada kaum Nabi Luth karena mereka menolak ajaran Nabi Luth dan tetap melakukan perbuatan L*BT.
  • Surat Al-An'am (16): Ayat 46-47 menceritakan tentang Nabi Luth yang memperingatkan kaumnya tentang azab Allah SWT jika mereka tidak berhenti melakukan perbuatan L*BT.
  • Surat Al-Ankabut (29): Ayat 28-35 menceritakan tentang Nabi Luth yang berusaha menyelamatkan keluarganya dari azab Allah Swt, namun hanya sedikit yang mengikutinya.
  • Surat Al-Qamar (54): Ayat 33-39 menceritakan tentang azab yang Allah Swt timpakan kepada kaum Nabi Luth dengan hujan batu dan angin kencang.
Selain surat-surat di atas, masih ada beberapa ayat lain di Al-Qur'an yang menyinggung kisah Nabi Luth dan kaumnya, meskipun tidak secara detail. 

Sementara itu, di dalam kitab suci umat Kristiani terdapat surat yang secara tegas melarang homoseksualitas, berdasarkan pada ayat-ayat tertentu seperti:
  • Imamat 18:22: "Janganlah engkau tidur dengan laki-laki seperti dengan perempuan; itu suatu kekejian."
  • Roma 1:26-27: "Karena itu Allah menyerahkan mereka kepada hawa nafsu yang memalukan, sehingga perempuan-perempuan mereka melakukan hal-hal yang tidak senonoh, demikian juga laki-laki dengan laki-laki melakukan hal-hal yang tidak senonoh, saling memuaskan hawa nafsu mereka, laki-laki dengan laki-laki—suatu perbuatan yang memalukan-dan menerima balasan yang setimpal dengan kebodohan mereka."
  • 1 Korintus 6:9-10: "atau tidakkah kamu tahu, bahwa orang-orang yang tidak adil tidak akan mewarisi Kerajaan Allah? Janganlah kamu sesat! Orang-orang yang melakukan percabulan, orang-orang yang melakukan penyimpangan seksual, … tidak akan mewarisi Kerajaan Allah."
Walaupun di kemudian hari, orang Kristen lain percaya bahwa ayat-ayat ini harus ditafsirkan dalam konteks zaman dan budaya di mana mereka ditulis, dan bahwa mereka tidak secara eksplisit melarang semua bentuk hubungan sesama jenis. Mereka mungkin menekankan ayat-ayat lain yang menekankan kasih, kasih sayang, dan penerimaan.

Dilihat dari catatan sejarah dunia, penolakan terhadap L*BT memiliki kisah yang panjang, kompleks dan bervariasi di berbagai budaya dan waktu. Berikut beberapa poin penting:

Catatan Kuno: Catatan penolakan terhadap perilaku yang dianggap menyimpang dari norma gender dan seksual sudah ada sejak zaman kuno, seperti di Mesir Kuno, Mesopotamia, dan Yunani Kuno. Hukumannya bervariasi, dari denda hingga hukuman mati.

Abad Pertengahan dan Modern Awal:
  1. Eropa: Di Eropa, selama Abad Pertengahan dan awal era modern, homoseksualitas dianggap sebagai kejahatan dan sering dihukum dengan kejam, seperti dibakar hidup-hidup.
  2. Kolonialisme: Sikap penolakan terhadap L*BT dibawa ke berbagai penjuru dunia melalui kolonialisme, di mana hukum dan norma budaya Eropa dipaksakan kepada masyarakat adat.
Menjelang Abad 19 dan 20 mulai muncul gerakan perlawanan membela L*BT dan puncaknya pada Abad 21 dengan kondisi sedikit menguntungkan bagi kaum L*BT dan pendukungnya.

Di Indonesia
  • Penjajahan Belanda: Penolakan terhadap L*BT di Indonesia dipengaruhi oleh hukum pidana Belanda yang melarang homoseksualitas.
  • Masa Kemerdekaan: Setelah kemerdekaan, tidak ada hukum eksplisit yang melarang L*BT di Indonesia. Namun, stigma dan diskriminasi terhadap L*BT masih kuat.
Saluran internet seperti Google.com dan media sosial sudah dikuasai oleh L*BT dan pendukungnya. Coba saja ketik L*BT di ChatGPT milik Google, Gemini AI. Ketika diketik L*BT maka yang muncul adalah kalimat "Saya adalah model bahasa dan tidak punya kapasitas untuk membantu dalam hal ini".

Begitu juga ketika mengetik L*BT yang berkaitan dengan penolakan atau kalimat negatif maka postingan kita akan ditolak. Begitu juga kalau membuat konten video di Youtube maka akan muncul peringatan "Melanggar Ketentuan Komunitas", dll.

Perjuangan menolak paham dan perbuatan L*BT pada akhir-akhir ini sangatlah berat dan membutuhkan tenaga dan waktu yang maksimal. Oleh karena itu, kenapa tidak dipikirkan strategi lain untuk menghadapinya dengan cara: Membiarkan saja, asal tetap melindungi keluarga kita dari pengaruh buruknya.

Apakah bisa?

Posting Komentar

0 Komentar

Postingan Terbaru

Berlangganan Melalui E-mail

Masukkan alamat email Anda untuk berlangganan artikel terbaru saya:

Jumlah Pengunjung